PULAU BIRU

Minggu, 24 Februari 2013

Analogi , Politik dan Musik


Calon Presiden (Capres) , Partai Politik (parpol) dan Rakyat dianalogikan sebagai Penyanyi/vokalis , Band dan penggemar/fans :

1. Golkar ; Bandnya besar tetapi vokalisnya suaranya masih perlu diasah supaya penggemar makin suka dan percaya kalau vokalisnya memang benar-benar bisa nyanyi.

2. PDIP ; Bandnya besar dan suara vokalisnya kurang greng yang membuat fansnya bosen karena hanya itu-itu saja.

3. PD ; Band cukup besar dan vokalisnya yang kompeten , yang hanya bisanya nyanyi sendiri , sehingga penggemarnya pindah ke band yang lain.

4. PKS : Band kecil , tidak ada vokalis unggul , sekali ada vokalis eh bermasah dengan hukum fansnya juga kapok dengan band ini.

5. Nasdem ; Band baru yang memiliki sedikit vokalis dan masih perlu di seleksi untuk menjadi vokalis utama , ada penggemar yang lirik lalu pergi.

6. Gerinda ; Band kecil dan vokalisnya ngalah-ngalahin bandnya jadi kelihatan arogan , ya ada juga fansnya

7. Hanura ; Band kecil vokalisnya biasa-biasa saja tidak ada kelebihan serta baru kedatangan penyanyi baru yang mudah-mudahan dapat menarik perhatian fans

8. PKB ; Band yang pernah besar dan sekarang lagi menuju ke sana lagi dan suara vokalis lumayang tetapi band ini mempunyai fans fanatik

9. PAN ; Band kecil dan suara vokalis biasa saja tapi mempunyai pelatih vokal yang lumayan, penggemar masih ada yang mau mendengarkan suara vokalisnya

10. PPP ; Band kecil yang penyanyinya biasa saja serta mempunyai fans yang top.

11. MMD ; tidak punya band tetapi suara vokalnya boleh diadu dengan vokalis-vokalis yang sudah punya band, walaupun saat ini solo karir tapi fans nya dimana-mana.

12. JK ; tidak punya band tetapi suara vokalnya sudah teruji saat menjadi pendaping vokal utama, penggemarnya juga masih mau melihat konsernya beliau.

13. RI ; tidak punya band suara vokal masih rendah (tapi kalau vokal benerannya ya jago beliau kan raja dangdut) tetapi penggemarnya bok banyak kali, karena penyanyi ini sudah solo karier dari bujangnya :D

#sumber dari mengikuti peluncuran buku “Perang Bintang 2014″ dari narasumber.

Kamis, 14 Februari 2013

Sejarah Musik Rock Indonesia


Awal Mula

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet (www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

Bandung scene

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

Scene Jogjakarta

Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.

Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65, Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman, Strawberry’s Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound #3 yang diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic Bitch hingga
Mesin Jahat.

Scene Surabaya

Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995. Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI – Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor, Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.

Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya cewek, kini RIP – Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya sekitar 7-10 band saja.

Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.

Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel “From Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction” (September 96), debut album Dry berjudul “Under The Veil of Religion” (97), Brutal Torture “Carnal Abuse”, Wafat “Cemetery of Celerage” hingga debut album milik Fear Inside
yang bertitel “Mindestruction”. Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror, Kendath hingga Pejah.

Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S) tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di Surabaya kala itu.

Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000 orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai band undangan.

Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.

Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu, distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga BLUEKHUTUQ LIVE.

Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178 antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell, Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal. Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.

Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.

Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun 2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul “Ajang Kebencian”. Selanjutnya label
INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album kedua Slowdeath yang bertitel “Propaganda” sebagai proyek pertamanya yang dibarengi pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.

Scene Malang

Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang “panas” sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man’s Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).

Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel “Maggot Sickness” saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

Scene Bali

Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.

Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.

Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band `putera daerah’ pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N’ Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali diadakan acara rock reguler di tempat ini.

Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom `indie’ dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah `indie atau underground’ ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah `underground’ semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang `sell-out’, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih `elastis’ dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh
meninggalkan istilah ortodoks `underground’ itu tadi.

Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi `panglima’ sekarang ini.

Rabu, 13 Februari 2013

Musisi-Musisi yang Akrab dengan Narkoba



Di kalangan musisi, narkoba memang bukan hal baru. Meski tak semua musisi menggunakan narkoba, banyak juga yang akrab dengan obat-obatan terlarang.

Banyak faktor yang mendasari para musisi menggunakan narkoba, mulai dari pergaulan hingga alasan kreativitas. Yang pasti, narkoba telah mengubah jalan hidup mereka.

Pasalnya, ada beberapa musisi baik asing maupun dalam negeri yang harus mendekam di balik jeruji besi dan menjalani rehabilitasi, hingga menggadaikan nyawa karena narkoba. Namun tak semua mengalami hal serupa, ada pula yang beruntung bisa lepas dari jerat narkoba.

Alda, Fitrah dan Sandy "Zamrud", Djodi Getah, Pay, Thomas, Slank, Sammy Simorangkir, Yoyok "Padi", Bob Marley, Jim Morrison, Kurt Cobain, Axl Rose, dan Lady Gaga merupakan beberapa musisi yang akrab dengan narkoba.

Vokalis band gothic metal Getah, Wisnu Djodi Gondokusumo meninggal akibat overdosisi obat bius. Bekas suami Ayu Azhari itu meninggal dunia dalam usia 30 tahun pada 15 Juni 2002. Di masa kariernya, Djodi pernah menjabat menjadi vokalis band thrash metal, Rotor.

Di puncak kesuksesannya Jamrud harus menghadapi masalah yang pelik. Narkoba membuat band ini terjatuh, hingga dua kali. Setelah Fitrah Alamsyah (gitar) meninggal, tak berselang lama Sandy Handoko (drum) juga menyusul akibat overdosis obat-obatan terlarang. Kabar ini menggemparkan industri musik Indonesia pada masa tersebut.

Misteri kematian artis cantik Alda Risma di hotel Grand Menteng, Matraman mulai tersingkap. Hasil otopsi Tim Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan, Alda tewas karena over dosis amphetamine. Tim forensik juga menemukan bekas luka tusukan jarum suntik.

Hendra Samuel Simorangkir (Sammy) ditangkap dan ditahan di Polres Jakarta Pusat, setelah pesta narkoba bersama seorang wanita berinisial RA di kos-kosan Setia Budi, Jakarta. Setelah ditangkap pukul 02.30 WIB, Sammy langsung ditahan Polres Jakarta Pusat.

Yoyok ditangkap polisi pada 27 Februari 2011 karena tertangkap menggunakan narkoba dengan bukti sabu-sabu seberat 0,5 gram. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, selama masa persidangan dia mendekam di tahanan Badan Narkotika Nasional, Cawang, Jakarta.

Selain selebriti lokal, beberapa artis mancanegara telah akrab dengan narkoba. Beragam alasan melatarbelakangi mereka menggunakan obat-obatan tersebut, mulai dari alasan lepas dari sakit, seperti yang dilakukan Kurt Cobain hingga pengalaman spiritual.

Adalah Kurt Cobain, selebriti asing yang berjuang melawan penyakit perut kronis yang tidak terdiagnosis dan hal ini sangat menyiksa kondisi fisiknya sehingga dia mengatasinya dengan mengonsumsi heroin.

Berbeda dengan Kurt Cobain, Lady Gaga beberapa kali menghisap ganja di atas panggung.

"Saya ingin Anda tahu itu (ganja) telah benar-benar mengubah hidup saya dan saya benar-benar mengurangi minum. Ini menjadi pengalaman spiritual bagi saya dengan musik saya," kata Lady Gaga seperti dikutip The Sun.

Apapun alasannya, pengaruh narkoba telah membuat mereka harus mati muda akibat overdosis.
(nsa)

Senin, 11 Februari 2013

Biografi Band Rock Indonesia Era 90an


Aku suka musik rock. Bagiku musik rock penuh dengan semangat, energik, dan motivasi. Bagaimana menurut sobat Theatre 61? Apakah diantara kalian banyak yang menggemari musik rock?

Ada pepatah baru mengatakan, “Rocker juga manusia”. Itu artinya bagi kalian yang bukan penggemar musik rock janganlah menilai kami dari apa yang kami gemari. Tampang boleh ngerock tapi hati tetap seputih salju.

Nah, berbicara tentang musik rock, sebenarnya di Indonesia itu pernah mengalami kejayaan musik rock, sekitar era-90an. Banyak sekali band-band rock yang bermunculan dan eksis di industri musik. Namun sayangnya, kenapa semakin waktu berjalan, banyak juga band-band rock yang mulai menghilang begitu saja.

Sebagian besar Band-band rock ini sudah tidak eksis lagi di industri musik saat ini dikarenakan berbagai faktor penyebabnya seperti terlalu lama vakum, bubar, ditinggalkan personilnya bahkan ditinggalkan oleh penggemarnya. Berikut adalah 29 Biografi singkat Band-band rock era-90an yang sudah tidak eksis lagi.

1. ELPAMAS



Nama Elpamas tadinya merupakan kependekan dari "Elektronik Payung Mas", yang merupakan nama sebuah toko elektronik milik Anthony Depamas yang menyuplai peralatan band buat para personel Elpamas. Belakangan, kepanjangan nama Elpamas diplesetkan ke dalam bahasa Jawa, yaitu Elek-elek Pandaan Mas. Karena band ini memang berasal dari daerah Pandaan, Pasuruan (Jawa Timur).

2. GRASS ROCK

Grass Rock merupakan salah satu band lulusan festival rock yang diselenggarakan oleh Log Zhelebour. Band ini terbentuk pun karena terdorong untuk mengikuti Djarum Super Rock Festival itu. Grass Rock telah merilis empat album Anak Rembulan (1990), Bulan Sabit (1992), Grass Rock (1994), Menembus Zaman (1998), dan satu single Rock Kemanusiaan “Prasangka”. Setelah ditinggal Dayan yang meninggal 1999, kini personil Grass Rock tinggal Mando (kibor), Edi Kemput (gitar), Yudi (bas), dan Rere (drum).

3. VOODOO


Voodoo terbentuk di Jakarta pada tanggal 12 Juli 1991 oleh Edo Widiz. Kabarnya, band ini dinamakan Voodoo karena semua personilnya saat itu suka terhadap hal-hal yang berbau mistis. Pada awalnya, Voodoo beranggotakan Edo Widiz pada gitar, Doddy Katamsi pada vokal, dan Adman Maliawan pada bass kemudian Ossa Sungkar bergabung sebagai drummer. Sebelum rampung album pertama mereka, Dody mengundurkan diri dan memilih bergabung bersama Elpamas, sebagai penggantinya Oppie Danzo. Sebagai band rock 90an yang cukup disegani, Voodoo selama kiprahnya hits yang dikenang adalah Salam Untuk Dia dan Selamanya.

4. SKET

Sket termasuk grup rock yang diperhitungkan di era 90an. Hal ini tak lepas dari booming single Takkan Kembali dan Katakanlah yang sempat merajai chart radio di saentero Indonesia kala itu. Prestasi yang paling membanggakan bagi Sket adalah ketika mereka manggung di Kuala Lumpur sebagai opening act konser grup rock Mr.Big di tahun 1994. Setelah menelurkan 3 album, Sket bubar dimana para personilnya seperti Aldrin bergabung dengan Rampok Naong, Willy Sabena dan Michael Meyer memilih jalur solo karier.






5. ADI METAL ROCK



Adi Metal Rock terbentuk 15 April tahun 1984 di Surabaya. Yang unik dari band pengusung aliran metal klasik ini adalah kelima personilnya berasal dari satu rahim yang sama dan nama Adi disisipkan ditengah-tengah nama lengkap mereka. Adi Sandoyo (Keyboard), Adi Nirwanto (Bass), Adi Sugiarto (Vocals), Adi Prasetyo (Guitar) dan Adi Prastanto (Drums) kerap tampil dengan dandanan ala Kiss dengan kostum nyeleneh dan memakai topeng. Adi Metal Rock secara gamblang mengakui apabila band mereka plagiator Kiss. Nama Adi Metal Rock melambung ketika menyandang predikat jawara pada Festival Rock Se-Indonesia garapan Log Zhelebour tahun 1987.

6. WHIZZKID



Awal kemunculan Whizzkid dimulai di era 90 an. Besar dari panggung festival yang satu ke panggung yang lain. Kebesaran Whizzkid memang tak lepas dari nama Hengky Supit, the best vocalis festival rock se-indonesia ke VI versi Log Zelebour sedang Whizzkid sendiri kala itu juara II. Kemenangan ini membawa Whizzkid masuk dapur rekaman dengan lagu nyanyian kehidupan dalam sebuah album kompilasi. Hoki whizzkid dating ketika menelurkan album pertama berjudul "Percayalah" yang terjual sekitar 200.000 kopi. Album kedua Whizkid "Gadis kecil" dikeluarkan pada tahun 1994. Namun nama Whizzkid tenggelam sejak ditinggal Hengky Supit meski sempat merilis 3 album lagi hingga tahun 2006. Tahun 2010 Hengky Supit bergabung kembali menandai come back Whizzkid dengan melempar album Nothing But Love namun kurang menggaung.

7. U’CAMP


U’camp merupakan band asal bandung, dihuni Iram (gitar), Sandy (drum), Rudi (vokal), Erry (bass), Ovy (gitar). Melalui debut di album pertama “Bayangan” mampu melambungkan nama U’camp ke puncak popularitas industri musik di indonesia. Lagu “Bayangan” di masa itu merupakan lagu wajib penggemar musik rock yang harus di bawakan. Inilah masa keemasan musik rock di tanah air. Kesuksesan album “Bayangan” melecut semangat U’camp merilis album-album berikutnya semisal Vol. 2, Melangkah, Masih ada dan single album Aku Cinta. Namun, karena semakin derasnya kompetitifnya persaingan grup-grup musik dan banyaknya grup musik pendatang baru yang menawarkan warna lain yang akhirnya pula membawa pengaruh kevakuman terhadap berbagai grup rock di Indonesia, termasuk U’camp.


Bersambung...

Jumat, 08 Februari 2013

Pentingnya Musik bagi Kehidupan


Sebagai karya seni, musik pada hakikatnya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Adalah hal yang sangat keliru bila keberadaan musik hendak dipisahkan dari bidang-bidang kehidupan manusia lainnya. Bahkan diyakini bahwa musik memiliki kekuatan yang dapat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia. Begitu pula musik sebagai bagian dari kebudayaan keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai yang hidup di masyarakat bersangkutan.

Sebagaimana dikemukakan oleh banyak tokoh pemikir kebudayaan, bahwa dunia kesenian – temasuk seni musik di dalamnya – merupakan bagian dari kebudayaan yang tak terpisahkan dari peradaban manusia, masyarakat atau suatu bangsa. Bahkan indikasi tinggi-rendahnya peradaban suatu masyarakat atau sebuah bangsa dapat ditelusuri dari nilai-nilai terkandung didalamnya, termasuk dari watak-watak karya keseniannya. Karena pada dasarnya karya seni (musik) merupakan refleksi perasaan, pikiran, atau cerminan realitas sosial dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat tersebut. Melalui musik ini pula kita dapat belajar tata nilai baik sosial-budaya, moralitas, spiritual, religius, maupun interaksi antarmanusia dalam kehidupan suatu masyarakat, bangsa atau negara.

Selanjutnya bagaimana mengintegrasikan peran dan fungsi musik dalam kehidupan di dalam kegiatan besar manusia bernama kebudayaan dan bidang-bidang kehidupan lainnya, seperti sikap dan nilai hidup, moralitas, intelektualitas, edukasi, bahkan dalam kehidupan politik.

Jadi, sebegitu pentingkah musik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Sejauhmana pengaruh musik membentuk karakter bangsa dalam kehidupan bernegara? Masih relevankah pertanyaan ini dilontarkan untuk mempertegas kembali komitmen tanggungjawab para seniman musik di tengah pengaruh kekuatan ideologis global?

Menurut filsuf Plato asal Athena – Yunani (427 – 347 SM), bahwa musik mempunyai peran cukup kuat dalam kehidupan negara. Dalam bukunya yang sangat terkenal yakni Republik, filsuf yang banyak memberi sumbangan pemikiran di bidang filsafat, etika, estetika dan kenegaraan ini juga menyinggung tentang pentingnya peran musik dalam kehidupan. Termasuk didalamnya bahwa musik memiliki pengaruh cukup kuat di bidang politik. Musik bisa untuk kekuatan, kebaikan maupun kejahatan. Bahkan disebutkan kejayaan atau keruntuhan suatu negara dapat disebabkan musik.

Benarkah kejayaan atau keruntuhan suatu negara dapat disebabkan karena musik, seperti dinyatakan Plato? Meski pendapatnya ini terbilang ekstrem, tapi setidaknya terminologi ini didasarkan bahwa keberadaan musik dalam suatu masyarakat merupakan pencerminan dari watak, karakter, moralitas dari masyarakat atau bangsa tersebut. Tinggal bagaimana eksistensi akan kehadiran musik ditempatkan di tengah kehidupan masyarakat.

Bahkan menurut Plato, masyarakat yang memandang musik hanya sebagai hiburan melulu, musik hanya sebagai alat bersenang-senang, serta musik hanya sebagai media umtuk mabuk-mabukan, masyarakat tersebut pastilah masyarakat bermoral rendah. Plato menempatkan musik tidak semata-mata sebagai hiburan, tapi bagaimana musik yang mampu menyentuh perasaan ini mengandung pedoman-pedoman atau arahan-arahan yang tertuang di syair ataupun puisi-puisi yang diungkapkan dalam narasi nyanyian.

Plato juga menekankan perlunya pendidikan musik bukan saja diajarkan sejak dini mulai usia anak-anak, juga diperkenalkan bagi calon penguasa atau para taruna sehingga mereka menjadi orang-orang yang tahu mencintai keindahan. Karena menurutnya, musik memiliki daya magis bagi warganegara yang dapat membangkitkan semangat juang dan mendorong keberanian, serta mengilhami perbuatan gagah berani dan kebaikan. Sifat hiburan dari musik merupakan pelengkap akal sehat yang berguna untuk menempatkan manusia di jalan benar. Plato sangat menentang terhadap orang-orang memainkan musik yang dapat merusak moral. Bukan cuma itu, musik juga menanamkan jiwa manusia perasaan halus, budi yang halus sebagai landasan yang sangat baik untuk menghidupkan rasa keadilan. Tetapi sebagai media pendidikan musik harus dijauhkan lagu-lagu yang melemahkan jiwa serta mudah menimbulkan hasrat nafsu buruk.

Pentingnya musik bagi nilai kehidupan ini juga tak luput dari perhatian Muhammad Iqbal, filsuf dan sastrawan asal Pakistan, yang banyak memberi sumbangan pemikiran kebudayaan dalam dunia Islam. Munurut Iqbal, musik bagian dari karya seni tidak mempunyai arti tanpa pertaliannya dengan hidup, manusia dan masyarakat. Tujuan seni adalah hidup itu sendiri. Oleh karena itu seni harus menciptakan kerinduan kepada hidup yang sublim. Bait-bait yang ada di lagu harus membawakan pesan tentang kehidupan abadi meneruskan tujuan Tuhan, seperti kata-kata Malaikat Jibril dan suaranya yang mengumumkan Hari Pembalasan.

Seperti setiapkali memanjatkan doa tahlil selalu disebutkan bahwa seniman tak bedanya ulama adalah orang-orang yang diridhoi dan mendapat anugerah nikmat untuk mengamalkan, mewartakan ilmunya ke jalan yang benar, demi kebaikan dan kebajikan umat manusia, bukan kesesatan. Jadi di sini menunjukkan bahwa peran dan tanggungjawab seniman tak bedanya dengan ulama, pewarta kabar bagi kebajikan umat manusia.

Menurut Iqbal, musik tak bedanya dengan puisi. Musik memelihara ladang kehidupan agar tetap menghijau dan memberi petunjuk kehidupan abadi kepada kemanusiaan. Seni adalah sarana yang berharga bagi prestasi kehidupan dan pembinaan martabat manusia. Bahkan keberadaan seni ditempatkan sebagai nurani terdalam bangsa. Di sini posisi seniman memiliki kekuatan sangatlah besar yang dapat mengangkat derajat bangsanya, dan mengantarkan ke arah kebesaran demi kebesaran yang lebih tinggi. Untuk itu, seorang seniman seharusnya menjadi pelopor suatu fajar kebangkitan, dan menjadi rahmat bagi kemanusiaan.

Dari yang diurai kedua filsuf tersebut setidaknya menunjukkan bahwa kehadiran musik memberi peran dan pengaruh cukup kuat dalam kehidupan manusia, masyarakat dan bangsa. Musik yang didalamnya mengandung bait-bait keindahan dan keselarasan harmoni haruslah mengutamakan pesan kebajikan dan mengajarkan kearifan-kearifan pada hidup manusia. Di sini sebagai refleksi seni, musik juga tak luput dari pemahaman-pemahaman yang menyangkut ungkapan perasaan, alam pikiran dan kesadaran manusia akan realitas sosial dan nilai-nilai kehidupan.

Jadi dalam berkarya, seorang seniman sudah seyogjanya tidak hanya menuangkan kebebasannya dalam berekspresi semata, tapi juga bagaimana mampu membangkitkan kesadaran akan nilai humanisme (kemanusiaan) dengan cara memahami realitas sosialnya, sekaligus bagaimana memberi makna pada kehidupan. Tahapan pendewasaan dalam menyerap dan memahami karya seni yang berpijak pada realitas sosial inilah yang akan membawa manusia pada transformasi kesadaran, yang pada akhirnya berkembang sebagai sebuah gerak dialektika.

http://www.tribunnews.com/2010/11/22/pentingnya-musik-bagi-kehidupan

Kamis, 07 Februari 2013

Musisi Amrik yang Kagum Terhadap Indonesia


Indonesia adalah negara yang penuh pujian dari segala sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Dari sisi musikalisasi, indonesia sekarang ini khususnya para promotor gemar mengundang band dari luar negeri untuk menyambangi indonesia, itu terlepas dari segala sisi bisnis yang dijalani sang promotor. Intinya mereka para promotor ingin memperkenalkan kita terhadap band yang kita belum tau dan juga sebaliknya para band ingin memperkenalkan musik mereka. Banyak juga musisi ternama yang datang ke indonesia dari Deep Purple,MxPx,Muse,Linkin Park,Incubus,The Cranberries,Green Day,Iron Maiden,Guns n Roses dan semuanya lengkap ada disini.

Dari semua itu mungkin ada yang kita tahu dan juga tidak. Tapi dari kesemua band yang sudah disebutkan jarang sekali yang benar - benar mencintai indonesia. Kecuali Dougy Mandagi sang vokalis The Temper Trap band asal negeri kangguru yang notabene vokalisnya berasal dari indonesia. Mereka memang pernah datang ke indonesia pada tahun 2011 silam. Itu memang hal yang unik jika para personil band dan mengumandangkan pandangan tentang indonesia lalu terjadi ikatan emosional jika mereka merasakan aura yang berbeda ketika datang ke indonesia.

Yang uniknya dari para band yang tampil di indonesia adalah ketika gitaris dari band Yeah Yeah Yeahs asal amerika serikat yang bernama Nick Zinner. Menempelkan sebuah stiker yg cukup besar bergambar ‘Bendera Indonesia’ dengan Tulisan “50 tahun” dan sebuah stiker kecil bertuliskan “I Love Indonesia”. Bayangkan, seorang gitaris dari Amerika seperti Nick Zinner saja bangga memasang stiker dan lambang Bendera Indonesia. Bagaimana dengan gitaris tanah air yang melihat fenomena ini.

“Saya benar-benar merasa Indonesia adalah salah satu tempat paling menakjubkan di dunia, dan meskipun politik yang sangat kacau, budaya dan orang-orang yang benar-benar inspiratif,” ujar Nick.


Setelah melalui wawancara pada situs resminya ia berkata,“I truly feel Indonesia is one of the most amazing places in the world, and even though politically its pretty fucked up, the culture and people are really inspiring, ” katanya. itulah yang membuat seorang Nick memasang stiker indonesia di gitarnya. Secara tidak langsung ia menjadi duta musik indonesia diluar sana. Menjadikan semua orang yang berada didepannya mungkin akan bertanya - tanya ketika melihat stiker yang menempel gagah di gitarnya.

Dalam bulan februari ini Yeah Yeah Yeahs memang akan bermain di Ex Park-Plaza Indonesia yang disponsori oleh Ismayalive dan Future 10. Mereka didampingin oleh band domestik seperti The Brandals,Homogenic dan Agrikulture. Apakah yang akan dilakukan Nick Zinner ketika dipanggung nanti akankah gitarnya berwarna merah putih atau tetap dengan stiker merah putih. Yang pasti ia akan senang berada di indonesia.

Selasa, 05 Februari 2013

Music beridiologi

Bermusik bagi para musisi bisa berfungsi sebagai kritik dan mensosialisasikan pemikirannya. Karena jenis, gaya dan lirik dalam sebuah lagu menyampaikan pesan yang diinginkan. Sebut saja Slank, Pink Floyd, Iwan Fals, Beatles, efek rumah kaca merupakan group band yang tidak hanya menyuguhkan kepiawaiannya dalam bermusik melainkan menjadikan lagu sebagai cara untuk mengekspresikan sikapnya dalam merespon realitas sosial, politik negara maupun situasi dunia  internasional

Saya tidak akan membahas keseluruhan band yang menyuguhkan pemikiran dan sikapnya terhadap fenomena yang terjadi di jamannya melainkan, mengulas sebuah group band yang bisa dibilang legendaris. Slank merupakan salah satu group band besar di Indonesia, pada awal kemunculan memberikan warna baru bagi dinamika musik di Indonesia. Slank membawa spirit bagi kehidupan anak muda dan karenanya banyak yang mengandrungi pemikiran dan gaya hidupnya. Pada awal kemunculannya, Slank hadir sebagai musisi yang ‘gandrung’ menyikapi fenomena yang terjadi pada sosial dan negara sekaligus memberikan kehidupan kondisi ideal versi Slank yang dituangkan dalam lirik-lirik lagunya

Berbagai album yang diluncurkan oleh Slank merupakan cerminan realitas sosial budaya yang menurutnya begitu diskriminatif,’salah’ dan sewenang-wenang. Lirik lagu feodalisme warisan kompeni, Pak Tani, Ladies Night di Eboni, Generasi Biru, Pulau biru dan masih banyak lainnya menerangkan perilaku budaya hura-hura, diskriminasi dan penghormatan yang berlebihan pada orang tua yang mengabaikan atas kebenaran

Secuplik lagu Feodalisme warisan kompeni yang diliris oleh Slank pada era -90-an mendobrak praktek budaya warisan penjajahan yang masih tumbuh subur di Indonesia dengan dinyatakan begitu lugas.  Simak saja Lirik dibawah ini;

Salah nggak salah, sama atasan slalu diturutin
Maunya seumur hidup minta-minta dihormatin
Nang ……… ning ……… nang …… ning-nang-ning …… gung
Feodalisme …… WARISAN KOMPENI !!
Bagus nggak bagus orang yang kuat s’lalu Berkuasa !
Absolute …… segala-galanya dia-dia yang paling perintah ……

Pintar nggak pintar orang bertitel …… pasti ! …… didengar
Banyak bicara …… sepertinya dia-dia yang paling pintar !

Benar nggak benar …… yang lebih tua …… sudah pasti benar
Suruh-menyuruh, larang-melarang dia-dia yang paling benar

Tutup kuping, palingkan muka dan diam saja ……
Kalau Bos Manipulasi …… nggak apa-apa

Lirik lagu tersebut jelas menyiratkan kondisi sosial dan politik di Indonesia yang masih mengagungkan kekuasaan, gelar dan kekayaan menjadi mutlak memiliki kebenaran. Masyarakat Indonesia, dalam interaksinya, masih menganggap bahwa mereka yang memiliki title, kaya dan memiliki jabatan seolah pemilik kebenaran dan karena situasi menguntungkannya itu mampu melarang-larang, merasa paling pintar dan bebas melakukan segala hal dan di ‘wajarkan’ oleh sosialnya.

Kebosanan Slank terhadap perilaku budaya tersebut disandingkan dengan kompeni. Simbolisasi kompeni yang sebagaimana kita ketahui bahwasannya kompeni merupakan pasukan Belanda yang dahulu pernah melakukan penjajahan di Indonesia. Dengan demikian, Slank ingin menyiarkan bahwasannya Indonesia telah merdeka pun masih terdapat budaya lama yang masih tumbuh sumbur di Indonesia. Selain itu, bentuk perilaku title, jabatan dan kaya yang suka mengatur, melarang-larang, merasa paling pintar dan paling benar merupakan praktek diskriminasi, mengabaikan perilaku humanisme, mirip kesenjangan dan perlakuan diskriminasi yang terjadi pada masa lampau, dimana dahulu hukum dibuat untuk melindungi masyarakat Belanda dan bahkan ada ‘kasta’ dimana Inlander sebutan untuk warga Indonesia oleh Belanda merupakan ‘kasta’ paling rendah

Perubahan status Indonesia menjadi negara merdeka tidak serta merta mekanisme budaya feodal terkikis, melainkan masih berlangsung di Indonesia. Lagu yang lugas dan bernada perlawanan terhadap perilaku diskriminasi dan sewenang-wenang itulah merupakan spirit dalam lagu ini. Selain, tentu berusaha mendobrak tembok tradisi kokoh masa lampau yang membedakan manusia berdasarkan title, kekayaan dan jabatan.

Aura rebelian yang muncul dari setiap musik-musiknya banyak digandrungi oleh kaum muda pada saat itu yang notabene memiliki jiwa ‘evaluatif’. Evaluasi terhadap praktek budaya negatif yang jauh dari perlakuan egaliterian dan memihak kaum kaya. Gaya rebelian yang slange-an merupakan sikap kejumudan dan kepenatan atas kondisi soal pada saat itu.

Dengan kata lain, Slank mampu membawa pengaruh dan ‘menyebarkan’ pemikirannya dengan bermusik. Terbukti, Slanker sebutan bagi pengandrung slank begitu setia dan loyal dengan group band tersebut yang kebanyakan dari kalangan muda dan remaja. Namun kini meski Slank masih eksis, aura rebelian dan kritik-kritik sosialnya makin meredup, seiring dengan dinamika yang dirasakannya. Perubahan formasi dan ‘menua’-nya group band ini menjadi semakin ramah dengan pasar. Lirik-lirik cinta universal yang menjadi ‘tuntutan’ pasar kerap dilantunkan yang mengeser spirit group band tersebut di awal kemunculannya.

Dari para pengandrungnya pun mengalami perluasan dari hanya diminati oleh kaum muda dan remaja, kini lirik-lirik Slank pun semakin ramah dan diminati dari anak-anak hingga orang tua dan merangkul semua segmen masyarakat. Perluasan segmen justru ‘menyurutkan’ spirit rebelian dan kehilangan daya dobraknya sebagai group band yang melakukan kritik terhadap sosial.

Slank melaju dengan dinamika bermusik yang kini ramah pasar, tentu saja itu pilihan bagi para musisi untuk tetap eksis dan bebas berekspresi apapun. Namun, bermusik tidak hanya bernuansa hiburan semata melainkan di dalamnya terdapat pemikiran, sikap terhadap sosial dan memberikan gaya hidup bagi masyarakat. Bukan sesuatu yang salah Slank kemudian mengambil posisi demikian, namun musik-musik yang memiliki seperangkat pemikiran dan ideologi memiliki jiwa yang tak pernah lekang dengan waktu. Saya sendiri masih merindukan group band yang memiliki seperangkat sikap dan pemikiran atas realitas sosial, budaya dan politik sebagai pilihan dalam bermusiknya. Karena dengan begitu, musik memiliki nilai lebih tidak hanya menyajikan sebuah hiburan yang kemudian dilupakan oleh banyak orang.

Senin, 04 Februari 2013

kritik dan realitas soaial dalam musik: suatu studi atas lirik lagu slank

Salah satu hal menarik yang hadir dalam kehidupan masyarakat di Indonesia adalah munculnya berbagai produk musik populer. Namun, banyaknya musik populer yang hadir, lebih sekedar sebagai hiburan dan untuk kepentingan meraup keuntungan kapital semata. termasuk juga di dalamnya musik rock masa kini. Dari banyaknya musik populer yang muncul di Indonesia, mungkin Slank termasuk sebagai band yang tidak hanya mementingkan kapital, namun juga mengutamakan hasil ciptaannya. yaitu musik dan lagu kritik sosial di Indonesia. Menarik dikaji bagaimana musik dan lagu tersebut dibangun dalam sebuah realitas sosial yang riil di masyarakat. Skripsi ini mengkaji hal tersebut dengan mengambil permasalahan musik dan lirik lagu dari band Slank yang popularitasnya diakui di kancah musik Indonesia. Penelitian akan menggunakan metode deskriptif dan analisis wacana. Dengan menempatkan musik dan lirik lagu Slank sebagai sistem ide perlawanan yang erat dengan teori kritis. Metode deskriptif sendiri digunakan untuk menerangkan perjalanan musik Slank dalam peta musik Indonesia serta berbagai faktor yang mempengaruhinya, termasuk faktor sosial. Sedangkan analisis wacana guna menangkap makna tematis dan retoris yang terdapat dalam lirik lagu Slank, serta menangkap makna realitas sosial dalam konteks sosial politik Indonesia. Darinya diharapkan dapat ditangkap tentang musik dan lirik lagu Slank sebagai satu bentuk seni yang bukan sebagai hiburan semata namun juga sebagai refleksi atas realitas sosial di Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa musik dan lirik lagu Slank dalam penciptaannya selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal sendiri meliputi; pengaruh globalisasi musik, pengaruh musikal, pengaruh ekonomis dan pengaruh sosial politik. Sedangkan faktor internal adalah pengalaman Slank dan pribadi personel Slank. Selain itu, musik dan lirik lagu kritik sosial Slank setidaknya memiliki fungsi di masyarakat. Fungsi tersebut selain sebagai fungsi hiburan, estetik, ekspresi emosional, dan fungsi komunikasi, juga memiliki kemungkinan fungsi utama, yaitu fungsi representasi simbolik, fungsi kontrol sosial, dan fungsi mendukung integrasi masyarakat. Sedangkan pembongkaran lirik lagu Slank secara tematis dapat ditemukan bahwa unsur tematis yang terdapat pada lirik lagu Slank digolongkan menjadi dua tema besar, yaitu tema personal dan sosial. Sedangkan unsur retoris dalam lirik lagu Slank lebih banyak menggunakan makna kata secara denotatif dibandingkan konotatif.

Sabtu, 02 Februari 2013

10 Grup Band Terbaik Indonesia SEPANJANG MASA


1 slank
Slank adalah sebuah grup musik di Indonesia. Dibentuk oleh Bimbim pada 26 Desember 1983 karena bosan bermain musik menjadi cover band dan punya keinginan yang kuat untuk mencipta lagu sendiri. Dan berhasil menjadi salah satu musisi bersejarah dan dikenang serta berpengaruh sepanjang masa di Indonesia. Selain itu Slank juga menyandang predikat Indonesia's Highest-Paid Music Star (bintang musik berbayaran termahal) pada tahun 2008 dan 2009 dengan honor Rp 500 Juta per show


2 Sheila on 7
Sheila on 7 adalah salah satu grup musik Indonesia yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta. Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda, Duta (vokal) berasal dari SMA 4, Adam (bass) dari SMA 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I, Sakti (gitar) dari SMA De Britto, dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N' Roses, dll. Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.

3 GIGI
Gigi adalah nama sebuah grup musik yang berasal dari Bandung, Indonesia yang mengusung jenis musik pop dan rock. Kelompok ini berdiri pada tanggal 22 Maret 1994, dengan format awal Aria Baron, Thomas Ramdhan, Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana.




4 UNGU
Ungu adalah grup musik Indonesia yang beranggotakan Pasha (penyanyi), Makki (bass), Enda (gitar), Oncy (gitar), dan Rowman (drum). Sampai tahun 2007 mereka telah menghasilkan 4 album dan 2 album mini.
Ungu terbentuk tahun 1996. Motor pembentuknya adalah Ekky (gitar) dan saat itu vokalisnya adalah Michael, sedangkan drum dipegang oleh Pasha Van derr Krabb. Tahun 1997, saat Ungu hendak manggung, Pasha Van derr Krabb 'menghilang' dan posisinya digantikan oleh Rowman. Enda yang sebelumnya adalah roadies-nya Ekky juga ikut bergabung dengan Ungu


5 Dewa 19
Dewa 19 adalah sebuah grup musik yang dibentuk pada tahun 1986 di Surabaya, Indonesia. Grup ini telah beberapa kali mengalami pergantian personel dan formasi terakhirnya sebelum dibubarkan pada tahun 2011 adalah Ahmad Dhani (kibor), Andra Junaidi (gitar), Once Mekel (vokal), Yuke Sampurna (bass) dan Agung Yudha (drum). Setelah merajai panggung-panggung festival di akhir era 1980-an, Dewa 19 kemudian hijrah ke Jakarta dan merilis album pertamanya pada tahun 1992 di bawah label Team Records.


6 Nidji
Nidji adalah grup musik yang beranggotakan enam orang asal Jakarta yang terdiri dari Giring (vokal), Rama dan Ariel (gitar), Adrie (drum), Andro (bass), dan Randy (keyboard).
Nidji merupakan penyempurnaan nama dari kata NIJI yang diambil dari bahasa Jepang yang berarti pelangi. Para personel telah menyukai dan menyetujui konsep dengan nama itu, karena kata Nidji sangat merefleksikan warna musik mereka yang beragam serta berbeda satu sama lain, namun bisa membiaskannya dalam satu warna musik.





7 D'Masiv
d'Masiv merupakan sebuah grup musik asal Indonesia yang berdomisli di Jakarta. Anggotanya 5 orang yaitu Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwiki Aditya Marsall (gitaris), Nurul Damar Ramadan (gitaris), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bass), dan Wahyu Piadji (drum). Nama d'Masiv belakangan disejajarkan dengan band-band "papan atas" Indonesia seperti Ungu, Nidji, atau Peterpan karena popularitas lagu-lagu mereka.

8 Peterpan / Noah Band
Noah (sebelumnya bernama Peterpan) adalah sebuah band dari Bandung, Indonesia. Band ini dibentuk pada tahun 2000 dan terkenal berkat lagu-lagunya "Ada Apa Denganmu", "Topeng", dan "Kukatakan Dengan Indah". Pada awalnya kelompok Noah terdiri dari Ariel, Uki, Lukman, Reza, Andika, dan Indra. Namun di bulan November 2006, dua anggotanya, Andika dan Indra dipecat dari grup musik tersebut. Perpecahan ini dipicu adanya perbedaan prinsip kreativitas.


9 Padi
Padi adalah salah satu kelompok musik (band) dari Indonesia. Personil Padi terdiri dari Ari (gitar), Fadly (vokal), Yoyo (drum), Rindra (bas), dan Piyu (gitar). Kelompok ini memulai debut mereka di dunia musik Indonesia di penghujung tahun 1990-an melalui single "Sobat" dalam album kompilasi indie ten dan dianggap membawa warna baru dalam dunia musik Indonesia. Jalur musik yang dipilih adalah pop-rock.


10 Jamrud Band
Jamrud adalah band cadas yang berasal dari Indonesia, pertama kali terbentuk pada tahun1989 di Cimahi, Jawa Barat dengan nama Jamrock. Jamrud sejak terbentuknya didepani oleh 'Azis' Mangasi Siagian (gitar) dan 'Ricky' Teddy (bass) serta dikenal sebagai grup musik yang sukses mengusung musik cadas sebagai musik populer di Indonesia pada tahun '90-an.



data di ambil dari . www. sukumaya.com

Komunitas Slankers Ranting Tangerang & Kaum Fals Tangerang Peduli Banjir



Banyak derita menerpa, banyak bencana melanda. Saat semua itu terjadi, udah jadi kewajiban kita untuk peduli sesama. Dengan jiwa sosial, Slankers Indonesia juga mewujudkan solidaritasnya dengan menggalang dana untuk membantu korban banjir. Mari kita simak laporan kegiatan Komunitas Slankers Ranting Tangerang (KSRT) yang dikirim melalui email ke redaksi@slank.com berikut.
Menanggapi musibah banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu yang lalu, Slankers Tangerang yang tergabung dalam KSRT (Komunitas Slankers Ranting Tangerang) secara sigap membentuk tim relawan yang siap melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membantu para saudara yang jadi korban banjir. Untuk kali ini, KSRT bergerak untuk menerima dan menyalurkan bantuan berupa uang & pakaian layak pakai yang nantinya diberikan kepada korban banjir. Tak hanya itu, KSRT juga melanjutkan aksi turun ke jalan untuk menggalang dana.


Sebelum turun ke jalan, KSRT lebih dulu memberikan surat pemberitahuan kepada aparat setempat agar aksi mereka terlaksana dengan lancar. Alhamdulillah pihak keamanan merespon dengan baik. Aksi turun ke jalan menggalang dana pun dilakukan KSRT pada Sabtu, 19 Januari 2013 bermula dari Citra Raya, Cikupa Tangerang (dari gerbang sampai bundaran 3). Tak kenal lelah, KSRT melanjutkan aksinya kembali pada Minggu, 20 Januari 2013. Setelah dana terkumpul yang sekiranya cukup untuk disalurkan, anggota KSRT pun langsung beranjak ke Pokso pengungsian di daerah Kresek, Balaraja, Tangerang untuk menyalurkan bantuan. Tak lama setelah itu, KSRT mendapat kabar kalau Slankers Ranting Pakem Sinjay, Jati Talang, Bolang dll yang mengajak untuk turun ke jalan lagi dan menggalang dana bersama Kaum Fals Tangerang di Taman Puri Jaya, Pasar Kemis, Tangerang.






Setelah dana yang terkumpul sekiranya mencukupi, keesokan harinya pada Senin malam 21 Januari 2013 mereka pun berangkat menyalurkan bantuan ke Posko pengungsian korban banjir yang kali ini terletak di daerah Perum Periuk Damai, Mutiara Pluit, Tangerang. Terima kasih untuk semua yang terlibat dalam aksi penggalangan dana bersama Komunitas Slankers Ranting Tangerang yang tergerak untuk peduli sesama, semoga semuanya mendapat balasan yang baik dari Allah SWT dan apa yang diberikan dapat bermanfaat bagi yang menerima. PLUR to all.

Resensi Novel Slank 5 Hero Dari Atlantis




dekade atau tahun ke-30 Slank berkarya di blantika musik Indonesia, Slank mendapat hadiah berupa novel politik (semua umur) karangan Sukardi Rinakit berjudul ‘SLANK 5 HERO DARI ATLANTIS (Peace: Virus Padi dan Sayur)’ dimana kelima personil Slank menjadi tokoh utama dalam novel fiksi tersebut.
Novel politik setebal 272 halaman yang diterbitkan oleh ‘Galang Pustaka’ ini mengisahkan tentang 5 orang pemuda yang nggak lain adalah personil Slank yang berpetualang di Negara Atlantis, sebuah negara dengan tata kehidupan yang nggak jauh berbeda dengan keadaan sekarang. Pada awalnya Atlantis dikenal paling makmur di dunia, namun dikarenakan tindak kejahatan mulai dari kekerasan hingga korupsi merajalela, maka negara tersebut semakin kacau ditambah lagi dengan beragam bencana alam yang diramalkan bakal memporakporandakan Atlantis.




Nggak ada cara lain untuk menyelamatkan Atlantis selain menemukan 5 pemuda terpilih untuk menimba ilmu di Perguruan Stones Complex dan menguasai beragam ilmu pengetahuan yang nantinya bisa digunakan untuk membela rakyat dan menyelamatkan Atlantis dari keterpurukan. Tentunya, Slank juga harus berjuang melewati segala halangan dan rintangan yang datang dan salah satunya adalah Geng Decoctor yang nggak lain adalah senior Slank di Perguruan Stones Complex dan menjadi musuh bebuyutan Slank. Selain itu, cuma di dalam novel ‘SLANK 5 HERO DARI ATLANTIS (Peace: Virus Padi dan Sayur)’ inilah Slank bakal tampil di acara kampanye dan menjadi tim sukses salah satu pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur demi melawan kecurangan, money politics, manipulasi data surat suara, serta kekejian kandidat lain.



Selain itu, dalam novel politik ini juga terdapat terjemahan beragam lirik lagu Slank yang bisa lebih memperkenalkan bagaimana Slank sesungguhnya dan tentunya membantu membuka mata pihak yang nggak menyukai Slank. Setelah diterbitkan pada 28 Januari 2013 kemarin, novel ‘SLANK 5 HERO DARI ATLANTIS (Peace: Virus Padi dan Sayur)’ saat ini sudah tersedia di seluruh toko buku di Indonesia dengan harga yang tentunya sepadan dengan apa yang dapat ditemukan di novel politik ‘SLANK 5 HERO DARI ATLANTIS (Peace: Virus Padi dan Sayur)’. Semoga buku ini bisa jadi pencerahan bagi anak-anak muda di bawah Slank, supaya lebih serius dan peduli terhadap bangsanya sendiri. PISS Judul Buku : SLANK 5 HERO DARI ATLANTIS (Peace: Virus Padi dan Sayur)| Penulis : Sukardi Rinakit | Penyunting : Among Pulung | Penata Isi : Amir | Desain Sampul : Joko | Penerbit : Galang Pustaka | Tebal : 272 Halaman

Sabtu, 12 Januari 2013

apa sih itu Rock N Roll ?

Rock and roll (sering ditulis sebagai rock 'n' roll) adalah genre musik yang berkembang di Amerika Serikat pada akhir tahun 1940-an, dan mencapai puncak kepopuleran pada awal tahun 1950-an. Dari Amerika Serikat, genre musik ini tersebar ke seluruh dunia. Rock and roll melahirkan berbagai macam subgenre yang secara keseluruhan dikenal sebagai musik rock.

Ciri khas rock and roll adalah pada ketukan (beat) yang biasanya dipadu dengan lirik. Rock and roll menggunakan beat yang didasarkan salah satu ritme musik blues yang disebut boogie woogie ditambah aksen backbeat yang hampir selalu diisi pukulan snare drum. Versi klasik dari rock and roll dimainkan dengan satu atau dua gitar listrik, gitar bas listrik, dan drum set. Perangkat kibor sering dimainkan sebagai alat musik tambahan. Bila dimainkan dengan dua gitar listrik, gitar listrik yang dimainkan untuk memberi melodi disebut guitar lead, sedangkan gitar untuk memberi ritme dan harmoni disebut gitar ritme.  

Saksofon sering dijadikan instrumen melodi pada gaya rock and roll awal tahun 1950-an, tapi digantikan perannya oleh gitar elektrik di pertengahan tahun 1950-an. Di akhir tahun 1940-an, bentuk awal rock and roll bahkan memakai piano sebagai instrumen melodi. Salah satu cikal bakal rock and roll adalah musik boogie woogie dengan piano sebagai melodi, seperti permainan musik berbagai kelompok big band yang mendominasi dunia musik Amerika dekade 1940-an. Kepopuleran rock and roll secara massal dan mendunia ternyata menimbulkan dampak sosial yang tidak terduga. Rock and roll bukan saja memengaruhi gaya bermusik, tapi sekaligus gaya hidup, gaya berpakaian, dan bahasa. Selain sukses di dunia musik, bintang-bintang di periode awal rock and roll juga sukses di dunia film dan televisi. Elvis Presley, misalnya merupakan bintang rock and roll yang sukses sebagai bintang film dan televisi.


jangan lupa juga lihat sejarah nya rock n roll, agar loe mangkin rock n roll.