PULAU BIRU

Selasa, 05 Februari 2013

Music beridiologi

Bermusik bagi para musisi bisa berfungsi sebagai kritik dan mensosialisasikan pemikirannya. Karena jenis, gaya dan lirik dalam sebuah lagu menyampaikan pesan yang diinginkan. Sebut saja Slank, Pink Floyd, Iwan Fals, Beatles, efek rumah kaca merupakan group band yang tidak hanya menyuguhkan kepiawaiannya dalam bermusik melainkan menjadikan lagu sebagai cara untuk mengekspresikan sikapnya dalam merespon realitas sosial, politik negara maupun situasi dunia  internasional

Saya tidak akan membahas keseluruhan band yang menyuguhkan pemikiran dan sikapnya terhadap fenomena yang terjadi di jamannya melainkan, mengulas sebuah group band yang bisa dibilang legendaris. Slank merupakan salah satu group band besar di Indonesia, pada awal kemunculan memberikan warna baru bagi dinamika musik di Indonesia. Slank membawa spirit bagi kehidupan anak muda dan karenanya banyak yang mengandrungi pemikiran dan gaya hidupnya. Pada awal kemunculannya, Slank hadir sebagai musisi yang ‘gandrung’ menyikapi fenomena yang terjadi pada sosial dan negara sekaligus memberikan kehidupan kondisi ideal versi Slank yang dituangkan dalam lirik-lirik lagunya

Berbagai album yang diluncurkan oleh Slank merupakan cerminan realitas sosial budaya yang menurutnya begitu diskriminatif,’salah’ dan sewenang-wenang. Lirik lagu feodalisme warisan kompeni, Pak Tani, Ladies Night di Eboni, Generasi Biru, Pulau biru dan masih banyak lainnya menerangkan perilaku budaya hura-hura, diskriminasi dan penghormatan yang berlebihan pada orang tua yang mengabaikan atas kebenaran

Secuplik lagu Feodalisme warisan kompeni yang diliris oleh Slank pada era -90-an mendobrak praktek budaya warisan penjajahan yang masih tumbuh subur di Indonesia dengan dinyatakan begitu lugas.  Simak saja Lirik dibawah ini;

Salah nggak salah, sama atasan slalu diturutin
Maunya seumur hidup minta-minta dihormatin
Nang ……… ning ……… nang …… ning-nang-ning …… gung
Feodalisme …… WARISAN KOMPENI !!
Bagus nggak bagus orang yang kuat s’lalu Berkuasa !
Absolute …… segala-galanya dia-dia yang paling perintah ……

Pintar nggak pintar orang bertitel …… pasti ! …… didengar
Banyak bicara …… sepertinya dia-dia yang paling pintar !

Benar nggak benar …… yang lebih tua …… sudah pasti benar
Suruh-menyuruh, larang-melarang dia-dia yang paling benar

Tutup kuping, palingkan muka dan diam saja ……
Kalau Bos Manipulasi …… nggak apa-apa

Lirik lagu tersebut jelas menyiratkan kondisi sosial dan politik di Indonesia yang masih mengagungkan kekuasaan, gelar dan kekayaan menjadi mutlak memiliki kebenaran. Masyarakat Indonesia, dalam interaksinya, masih menganggap bahwa mereka yang memiliki title, kaya dan memiliki jabatan seolah pemilik kebenaran dan karena situasi menguntungkannya itu mampu melarang-larang, merasa paling pintar dan bebas melakukan segala hal dan di ‘wajarkan’ oleh sosialnya.

Kebosanan Slank terhadap perilaku budaya tersebut disandingkan dengan kompeni. Simbolisasi kompeni yang sebagaimana kita ketahui bahwasannya kompeni merupakan pasukan Belanda yang dahulu pernah melakukan penjajahan di Indonesia. Dengan demikian, Slank ingin menyiarkan bahwasannya Indonesia telah merdeka pun masih terdapat budaya lama yang masih tumbuh sumbur di Indonesia. Selain itu, bentuk perilaku title, jabatan dan kaya yang suka mengatur, melarang-larang, merasa paling pintar dan paling benar merupakan praktek diskriminasi, mengabaikan perilaku humanisme, mirip kesenjangan dan perlakuan diskriminasi yang terjadi pada masa lampau, dimana dahulu hukum dibuat untuk melindungi masyarakat Belanda dan bahkan ada ‘kasta’ dimana Inlander sebutan untuk warga Indonesia oleh Belanda merupakan ‘kasta’ paling rendah

Perubahan status Indonesia menjadi negara merdeka tidak serta merta mekanisme budaya feodal terkikis, melainkan masih berlangsung di Indonesia. Lagu yang lugas dan bernada perlawanan terhadap perilaku diskriminasi dan sewenang-wenang itulah merupakan spirit dalam lagu ini. Selain, tentu berusaha mendobrak tembok tradisi kokoh masa lampau yang membedakan manusia berdasarkan title, kekayaan dan jabatan.

Aura rebelian yang muncul dari setiap musik-musiknya banyak digandrungi oleh kaum muda pada saat itu yang notabene memiliki jiwa ‘evaluatif’. Evaluasi terhadap praktek budaya negatif yang jauh dari perlakuan egaliterian dan memihak kaum kaya. Gaya rebelian yang slange-an merupakan sikap kejumudan dan kepenatan atas kondisi soal pada saat itu.

Dengan kata lain, Slank mampu membawa pengaruh dan ‘menyebarkan’ pemikirannya dengan bermusik. Terbukti, Slanker sebutan bagi pengandrung slank begitu setia dan loyal dengan group band tersebut yang kebanyakan dari kalangan muda dan remaja. Namun kini meski Slank masih eksis, aura rebelian dan kritik-kritik sosialnya makin meredup, seiring dengan dinamika yang dirasakannya. Perubahan formasi dan ‘menua’-nya group band ini menjadi semakin ramah dengan pasar. Lirik-lirik cinta universal yang menjadi ‘tuntutan’ pasar kerap dilantunkan yang mengeser spirit group band tersebut di awal kemunculannya.

Dari para pengandrungnya pun mengalami perluasan dari hanya diminati oleh kaum muda dan remaja, kini lirik-lirik Slank pun semakin ramah dan diminati dari anak-anak hingga orang tua dan merangkul semua segmen masyarakat. Perluasan segmen justru ‘menyurutkan’ spirit rebelian dan kehilangan daya dobraknya sebagai group band yang melakukan kritik terhadap sosial.

Slank melaju dengan dinamika bermusik yang kini ramah pasar, tentu saja itu pilihan bagi para musisi untuk tetap eksis dan bebas berekspresi apapun. Namun, bermusik tidak hanya bernuansa hiburan semata melainkan di dalamnya terdapat pemikiran, sikap terhadap sosial dan memberikan gaya hidup bagi masyarakat. Bukan sesuatu yang salah Slank kemudian mengambil posisi demikian, namun musik-musik yang memiliki seperangkat pemikiran dan ideologi memiliki jiwa yang tak pernah lekang dengan waktu. Saya sendiri masih merindukan group band yang memiliki seperangkat sikap dan pemikiran atas realitas sosial, budaya dan politik sebagai pilihan dalam bermusiknya. Karena dengan begitu, musik memiliki nilai lebih tidak hanya menyajikan sebuah hiburan yang kemudian dilupakan oleh banyak orang.

0 komentar:

Posting Komentar